Jumat, 22 Juli 2016

“ Belajar dari Pengembara dan Bersiap Move Up “ (Sekilas tentang Liburan Semester Satu di Palembang Sweet)



 “ Belajar dari Pengembara dan Bersiap Move Up
(Sekilas tentang Liburan Semester Satu di Palembang Sweet)
Oleh : Monasari

Betapa bersyukur ketika diberikan kesempatan liburan semester dan berkumpul lagi dengan keluarga. Sebenarnya liburan ini juga ingin melihat arah muara hati ini sekaligus menguji juga seberapa bersih hati ini. Well, kembali ke liburan tadi, jadi ceritanya liburan sebenarnya sudah dimulai dari tanggal 17 Juni, tetapi karena  masih ada agenda buka bareng S2 Fisika UGM 2015 dengan anak-anak panti Muhammadiyah Wates dan masih harus ambil data penelitian di Lab jadi baru bisa pulang ke Palembang tanggal 24 Juni 2016, itu pun masih meninggalkan teman-teman biomaterial yang kece badai (Mb Dyah, Mb Zida, Mb Firda) yang masih melanjutkan ambil data penelitian. Sungguh terimakasih pengertiannya mengizinkan kami anak rantauan pulang duluan. “Biomaterial” emang luar biasa deh apalagi pembimbingnya (Dr. Yusril).
 Image 1. Tim Biomaterial  UGM 2015 Genap 
(Minus Mas Ishak)

Image 2. Buka Bareng S2 Fisika UGM 2015 dengan Anak Panti Muhammadiyah Wates

Image 3. Saya dan Roni Kecil


Saya berangkat mudik ke Palembang pada 24 Juni dengan pesawat jam 09.10, sebelumnya ada agenda foto-foto dan perpisahan dengan gengs “Naura” (sahabat-sahabat surga yang tiada henti membantu diri ini berbenah untuk menggapai ridho-Nya..merekalah Teh Ulya, kk Yulita, Teh Iqna, Mb Yuan, Mb Devi. Sayangnya kurang Mb ita yang udah ke lampung duluan dan Mb Winni yang udah ke Medan juga…hiks hiks..Sedih sebetulnya pisah dari mereka  walau cuma sebulan..

Image 4. Gengs Naura Minus Mba Ita dan Mb Winni (Sahabat Surga)


Ok, Fokus ke liburan ya..Pesawat yang menerbangkan saya sampai di tanah Palembang pada pukul 11.00. Alhamdulilah sudah ada ibu dan lisa yang menjemput di Bandara. Tapi betapa sedih melihat Lisa yang pucat dan lemas karena sedang sakit, biasa penyakit lama. Setelah sampai dirumah, istirahat sebentar dan beres-beres. Setelah itu, pukul 14.00 langsung ke rumah sakit nganterin lisa ketemu dokternya. Namun, dokternya gak ada dan baru bisa bertemu untuk diperiksa hari Selasa jadi terpaksa pulang dan karena paniknya, saya membeli obat herbal “Gold G”.

Karena memasuki 10 ramadhan terakhir, sebetulnya liburan  diisi dengan “muhasabah diri” serta agenda-agenda buka bareng sama rekan-rekan. Agenda buka bareng diawali pada hari Senin, 27 Juni bereng teman-teman di EXPPMS. Namun sebelumnya, pagi-pagi di hari Senin terlebih dahulu menyusuri jalan menuju Mandiri A’Rivai ngurus ATM  Bidikmisi kemarin, lalu main ke kampus FKIP Unsri Layo ketemu bapak-bapak yang luar biasa. Saya bersyukur bertemu keluarga sendiri yakni Pak Hamdi, Pak Ismet dan Pak Ketang serta rekan-rekan himapfis yang waktu itu sibuk ngurusi skripsi deh..Semangat yaaa …Seperti biasa, saya diminta untuk sosialisasi LPDP, baru sampai di kelas, langsung diminta untuk ngisi materi LPDP oleh Pak Hamdi padahal sebenarnya masih lelah karena perjalanan ke Layo Macet satu jam jadi dua jam dan harus rebutan, gak kenal mau cewek mau cowok yang penting dapat bus. Alhamdulilah masih ada bus dosen jadi numpang dulu di bus dosen, terbersit si dalam hati, sebentar lagi saya harus menjadi pengajar agar dapat tempat duduk nyaman di bus dosen karena mirisnya saya duduk di lantai bus dan beralaskan koran. Rela deh karena Pak Hamdi dan adik-adik yang lagi kuliah semester pendek (SP) udah nungguin. Seperti biasa kalau udah di layo gak bisa sebentar, akhirnya baru pulang ke Bukit tempat buka bareng jam 16.00 WIB itu pun masih harus berjibaku cari bus yang berangkat cepat ke Palembang. Lucunya, saya jatuh ketika lari-lari ngejar bus.  Akhirnya jam 17.30, saya tiba di masjid Alghazali, dan saya menyesal harus terlambat 30 menit. Disana sudah ada ciwi-ciwi EXPPMS. Setelah buka dan sholat magrib, kami pun makan  di Pecel Lele dekat masjid. Ya, Alhamdulilah acara buka bareng mereka berjalan lancar, sembari saya kasihkan barang-barang titipan dari Yogyakarta. Disaat yang sama, kami kedatangan tamu kehormatan juga nih, Ketua IKM Pasca Sumsel di Yogyakarta yakni kak “Adhan Effendi” yang mau ambil titipan Bakpia. Haha…Kakak yang selalu mendoakan saya bakalan nikah 2017. Amin. Setelah selesai buka puasa, saya menginap  di tempat Suci. Keesokan harinya, saya kembali mengantar Lisa ke RS Umum untuk bertemu dokter namun dokternya tidak ada dan akhirnya ganti dokter deh karena kondisi Lisa semakin parah. Alhamdulilah tidak harus rawat inap. 


 Image 5. Buka Bareng dengan Pasukan EXPPMS di Pecel Lele Bukit

Selanjutnya, saya melanjutkan “ Muhasabah “ di 10 malam terakhir. Sembari itu, saya meeting juga dengan Mba Elce di Masjid DPRD Palembang  tentang kegiatan seminar motivasi, pengalaman kuliah di UGM, LPDP dan tak lepas cerita jodoh, again and again sekaligus mbaknya mengemblikan buku saya yang dipinjam. 

Image 6. Meeting dengan Mba Elce di Masjid DPRD Palembang


Selain itu, muhasabah di dua malam terakhir bertemu dengan bupati PEA 2010 yakni mbak Ria Septiani. Entah saya merasa jodoh dengan  beliau ini, dimana-mana bertemu contoh ni : di Malioboro ketemu pas mau beli oleh-oleh sebelum pulang mudik dan lain-lain juga sih.. Jadi ceritanya, Alhamdulilah mba Ria udah jadi Maba Pasca UNY 2016. Alhamdulilah bertemu saudara yang  tarbiyah, Rasanya nano nano juga si. Barakallahu, insyaallah teman sharing, tambah teman kajian juga dan pastinya kos mbak Ria jadi basecamp kalau ada kegiatan di masjid Nurul Asri.
 Image 7. Saya dan Mb Ria Septiani (Bupati PEA 2010)

Acara buka bareng selanjutnya adalah dengan teman-teman alumni SMA XI dan XII IPA 2  SMAN 14 Palembang di PTC pada tanggal  4 Juli 2016. Seperti biasa, sekalian bertemu juga dengan teman-teman sepermainan ( Intan, Darma, Renny, Isty) dan teman-teman lain juga. Seperti biasa, dimanapun kumpul selalu keluar pertanyaan gini : “setelah S2 ngapain lagi dan terus kapan nikah “?  ya saya jawab, setelah S2 ngabdi dulu sambil apply beasiswa S3 di Tokyo University (Amin) dan insyaallah menikah di 2017 (berusaha PeDe aja kalau Allah sudah pertemukan di tahun 2017). 

Image 8. Buka Bareng dengan Alumni XII IPA 2 Palembang


Akhirnya hari kemenangan pun tiba yakni tepat pada tanggal 6 Juli 2016. Seperti biasa, Alhamdulilah kami bertiga (Ibu, Mona dan Lisa) bisa sholat Id bareng. Setelahnya, kami ke makam Ayah, dilanjutkan  silaturahmi ke tempat keluarga alm ayah seharian penuh. Keesokan harinya, dilanjutkan silaturahmi ke tempat keluarga Ibu di Mata Merah naik transmusi sweet lho.. Seperti biasa, dari tahun 2015 setelah lulus ditanyain :  “kapan nikah atau kapan mau kasih cucu ke Ibu “? awalnya cuek aja si tapi lama-lama kalau gak dijawab gak enak, psikologis Ibu juga secara hanya anak ibu yang masih jomblo sampai ada yang keceplosan kalau mona mau sekolah-sekolah aja terus..Ok,  akhirnya saya jawab bakalan nikah tahun 2017. Terus mereka balik nanya nih..” Neng Mona udah ada calon ya, sama siapa nanti nikahnya ? “. Saya jawab, “ belum ada calon yuk, masih memantaskan diri sampai menunggu Allah pertemukan. Ya Semoga di  2017. Terus mereka ketawa terbahak-bahak. “ Gimana neng, mau nikah kok belum ada calonnya atau pacarnya ? Saya jawab aja : Allah maha mengetahui, dan sudah diatur-Nya, manusia bisa berecana, berikhtiar dan tawakal. Allah yang memutuskan termasuk rezeki, jodoh dan maut. Alhamdulikah bisa kasih jawaban “wise”. Tumben !!!


 Image 9. Keluarga Fismatel UGM 2015 Genap
Image 10. Sanjo-Sanjo Tempat Keluarga

Kamis, 19 Mei 2016

Ketika Sampah Menjadi Berkah bagi Manusia sebagai Sumber Energi Alternatif (Penerapan Sistem Pengelolaan Sampah Negara Swedia di DIY)



Ketika Sampah Menjadi Berkah bagi Manusia sebagai Sumber Energi Alternatif
(Penerapan Sistem Pengelolaan Sampah Negara Swedia di DIY)

Oleh : Monasari, S.Pd
Program Studi S2 Fisika UGM Konsentrasi Fisika Material

Swedia merupakan salah satu negara maju yang termasuk dalam kawasan Eropa Utara dan memiliki beberapa keistimewaan. Meski terkenal sebagai negara perompak sesuai dengan makna dari bangsa Viking yang merupakan bangsa asli Swedia yang  berarti bangsa yang terkenal sebagai perompak dan meski tidak memiliki cukup sumber daya alam, Swedia merupakan salah satu negara maju di Eropa yang merupakan negara berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi serta mendorong ekspor manufaktur. Selain pertumbuhan ekonomi yang melaju pesat, Swedia juga sangat baik dalam pembangunan kota. Hal ini disebabkan Swedia memiliki konsep pembangunan kota yang berbeda sehingga ia selalu terlihat bersih, asri, dan nyaman. Swedia memang memiliki konsep pembangunan yang sedikit berbeda dibanding negara-negara Eropa lainnya. Swedia sangat mengedepankan pembangunan yang berorientasi pada kelestarian alam. Di kota seperti Gothenburg, kita bisa menjumpai banyak perumahan yang memiliki halaman belakang hutan pinus asli dan memiliki perusahaan pengelolaan sampah yang bernama Renova Sävenäs.
Swedia juga tercatat sebagai negara pengelola sampah terbaik dimana sampah-sampah diolah menjadi sumber energi. Dalam data statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara Eropa adalah 38 persen. Swedia berhasil menekan angka itu menjadi hanya satu persen. Mayoritas sampah rumah tangga di negara Skandinavia itu bisa didaur ulang atau digunakan kembali. Satu-satunya dampak negatif dari kebijakan ini adalah Swedia kini kekurangan sampah untuk dijadikan bahan bakar pembangkit energinya sehingga  Swedia kini mengimpor 800 ribu ton sampah per tahun dari negara-negara tetangganya di Eropa seperti Norwegia, Rumania, Bulgaria dan Italia. Mayoritas sampah ini berasal dari Norwegia. Sampah-sampah ini sekaligus untuk memenuhi program Sampah Menjadi Energi (Waste-to-Energy) di Swedia. Dengan tujuan utama mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik. Bagi Swedia, mengimpor sampah adalah pemikiran maju dalam hal efisiensi dan suplai energi bagi kebutuhan manusia. Membakar sampah dalam insinerator mampu menghasilkan panas dimana energi panas ini kemudian didistribusikan melalui pipa ke wilayah perumahan dan gedung komersial. Energi ini juga mampu menghasilkan listrik bagi rumah rakyatnya. Dengan insinerator, sampah dapat diubah menjadi abu. Namun, sebelum sampai tahap insinerator sampah yang dapat didaur ulang menjadi prodak baru atau kompos dipisahkan dulu. Berdasarkan penjelasan Anto, salah satu peneliti LIPI menyebutkan bahwa Selain Swedia, negara Jepang, Korea Selatan dan Singapura telah memakai insinerator sebagai teknologi untuk pengelolaan sampah. Berbeda dengan Indonesia yang masih enggan menerapkan insinerator karena khawatir gas buang yang beracun padahal sudah banyak dikembangkan insinerator plasma untuk menetralkan asap racun, sebagai contoh di Jepang sudah dimulai tahun 1990-an muncul insinerator plasma tersebut.
Beberapa fakta mengenai sampah di Swedia yakni : Pada tahun 2012, 2.270.000 ton limbah rumah tangga dibakar, dan diubah menjadi energi, pabrik pembakaran pertama didirikan di Stockholm pada tahun 1904, 32 tanaman di Swedia hari ini menghasilkan panas untuk 810.000 rumah tangga dan listrik untuk 250.000 rumah-rumah pribadi dan emisi logam berat telah berkurang 99 persen sejak tahun 1985, meskipun Swedia memancarkan tiga kali lebih banyak limbah saat ini (https://sweden.se/nature/the-swedish-recycling-revolution/).
Lebih dari 99 persen dari semua limbah rumah tangga didaur ulang dalam ini berarti bahwa negara itu telah melalui revolusi daur ulang dalam dekade terakhir, mengingat hanya 38 persen dari limbah rumah tangga didaur ulang pada tahun 1975. Saat ini, proses daur ulang adalah sebagai aturan yang harus ada tidak lebih dari 300 meter dari area perumahan. Kebanyakan masyarakat swedia memisahkan semua limbah daur ulang di rumah mereka dan menyimpannya dalam wadah khusus di di rumah atau digunakan untuk proses daur ulang.
Beberapa kebijakan Swedia untuk mengelola sampah terdiri dari : (https://sweden.se/nature/the-swedish-recycling-revolution/)
1.      Meningkatkan Daur Ulang
Weine Wiqvist, CEO Asosiasi Manajemen dan Daur Ulang Limbah Swedia (Avfall Sverige), masih berpikir Swedia bisa melakukan lebih, mengingat bahwa sekitar setengah dari semua limbah rumah tangga dibakar, yaitu, berubah menjadi energi. Dia menjelaskan bahwa penggunaan bahan kembali atau produk berarti menggunakan lebih sedikit energi untuk menciptakan sebuah produk.
Sementara itu, masyarakat Swedia tetap memisahkan sampah koran, plastik, logam, kaca, peralatan listrik, bola lampu dan baterai. Banyak kota juga mendorong konsumen untuk memisahkan sampah makanan. Semua ini digunakan kembali, untuk daur ulang atau dijadikan kompos. Sebagai contoh, surat kabar berubah menjadi kertas, botol digunakan kembali atau dibuat menjadi barang-barang baru, wadah plastik menjadi bahan baku plastik,  makanan disintesis menjadi tanah atau biogas melalui proses kimia yang kompleks,  air yang terbuang dimurnikan sampai sebatas menjadi minum, truk sampah khusus berkeliling kota dan mengambil elektronik dan limbah berbahaya seperti bahan kimia. Apoteker menerima obat sisa. Swedia mengambil sampah mereka yang  lebih besar, seperti TV digunakan atau peralatan yang rusak, ke pusat daur ulang di pinggiran kota.

2.      Sampah Menjadi Energi
Mari kita lihat lebih dekat untuk 50 persen dari limbah rumah tangga yang dibakar untuk menghasilkan energi di insinerator.  Limbah adalah bahan bakar yang relatif murah dan Swedia telah mengembangkan keterampilan dan kapasitas besar dalam pengolahan limbah yang efisien dan menguntungkan. Swedia bahkan mengimpor 700.000 ton limbah dari negara lain. Abu yang tersisa merupakan 15 persen dari berat sebelum terbakar. Dari abu, logam dipisahkan dan didaur ulang, dan sisanya, seperti porselen dan keramik, yang tidak membakar, yang diayak untuk mengekstrak kerikil yang digunakan dalam konstruksi jalan. Sekitar satu persen masih tetap dan disimpan di tempat pembuangan sampah. Asap dari instalasi pembakaran terdiri dari 99,9 persen karbon dioksida non-beracun dan air, namun masih disaring melalui filter kering dan air. Filter kering disimpan. Lumpur dari air filter kotor digunakan untuk mengisi ulang tambang yang ditinggalkan.
3.      Penetapan Kebijakan Pemerintah yang Mendorong  Produsen Membuat Produk dari Sampah
Hans Wrådhe kepala bagian untuk limbah dan bahan kimia di Badan Perlindungan Lingkungan Swedish (Naturvårdsverket) mengusulkan retribusi lebih tinggi pada pengumpulan sampah. Bersama-sama dengan instansi pemerintah dan perusahaan, Wrådhe telah mengembangkan rencana untuk pencegahan limbah, termasuk bagaimana mendorong produsen untuk membuat produk yang bertahan lebih lama. Badan ini juga mempertimbangkan mengusulkan pengurangan pajak untuk beberapa perbaikan.

4.      Dukungan Perusahaan Besar untuk Kebijakan Sampah Menjadi Sumber Energi
Beberapa perusahaan Swedia telah secara sukarela bergabung dalam usaha pengelolaan sampah misalnya H & M telah mulai menerima pakaian bekas dari pelanggan dalam pertukaran kupon dalam sebuah inisiatif yang disebut Garment Collecting. Perusahaan Optibag telah mengembangkan sebuah mesin yang dapat memisahkan limbah tas berwarna satu sama lain. Orang membuang makanan dalam kantong hijau, kertas dalam kantong merah, dan kaca atau logam lain. Setelah di pabrik daur ulang, sortir Optibag berjalan otomatis. Dengan cara ini, pemancar pemilahan sampah bisa dihilangkan. Selain itu, kota Swedia selatan Helsingborg bahkan dilengkapi tempat sampah masyarakat dengan pengeras suara  sambal bermain musik menyenangkan.
Selain beberapa kebijakan diatas, ada beberapa program lain yang diterapkan Swedia dalam pengelolaan sampah diantaranya :
5.    
Designed by Animart Powered by Blogger