Eksperimen fisika oleh Yohanes Surya
Fisika mengerikan dan
membosankan. Itulah keluhan dominan pelajar di Indonesia. Gara-garanya,
pelajaran fisika penuh dengan hafalan rumus-rumus dan teori-teori yang
membosankan. Belakangan, muncul metode baru pembelajaran fisika yang
dikenalkan Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) Prof Yohanes
Surya PhD. Lewat metode itu, diharapkan pembelajaran fisika menjadi
lebih mudah dan menyenangkan.
Oleh : M Subchan S
Penuh
konsentrasi, Prof Yohanes Surya PhD memegang leher botol minuman yang
masih tertutup rapat. Lalu, ia pukulkan telapak tangannya sekuat tenaga
ke tutup botol dan seketika pantat botol pecah sehingga isinya
berhamburan keluar. Takjub dengan atraksi itu, ratusan peserta seminar
bertajuk Physics is Fun di Unika Widya Mandala Surabaya, Sabtu (25/8) lalu spontan bertepuk tangan.
“Ini
bukan sulap, siapa saja bisa Rahasianya, percaya diri, botol tidak
boleh goyang dan pukul sekuatnya,” ujar guru besar bidang fisika pada
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan (UPH),
Tangerang, Banten ini.
Ia
lantas meminta beberapa siswa dan guru yang mengikuti seminar ke atas
panggung untuk mencoba hal sama. Namun, mereka baru bisa memecahkan
pantat botol setelah 2-3 kali pukulan.
Yohanes
lantas menjelaskan salah satu eksperimen fisika itu. Menurut dia, saat
tutup botol dipukul seketika terbentuk ruang hampa di pantat botol yang
menyedot air ke atas lalu menerjang ke bawah sangat kuat hingga pecah.
Presiden
Olimpiade Fisika Asia ini kemudian mencoba eksperimen lain. Kali ini,
ia menyiapkan tiga sendok makan. Lantas, ia memanggil tiga siswa yang
membawa tas sekolah. Tiga sendok itu lantas dimasukan ke masing-masing
tas. Lalu, ia mengocok ketiga tas itu secara bergantian. Selanjutnya, ia
meminta seorang guru mengambil sendok di tiap tas. Ajaib, leher tiga
sendok itu telah bengkok. Spontan, peserta kembali terheran-heran.
“Sendok
itu punya kelemahan di ujungnya. Dengan diberi tekanan maka sendok itu
bisa bengkok,” katanya sambil memeragakan atraksi itu.
Melihat peserta seminar masih bingung, Yohanes menjelaskan.
“Bukan
karena dikocok yang membuat sendok itu bengkok. Tapi, karena saat saya
masukkan, sendok itu sudah saya bengkokkan dulu,” ujarnya tertawa
disambut gemuruh tawa peserta seminar.
Ia kembali menceritakan betapa menyenangkannya memahami fisika. Kali ini, ia mencontohkan perilaku penumpang roller coaster. Dia menuturkan, perilaku yang kerap dilakukan adalah berpegangan erat-erat pada penahan tubuh dan memejamkan mata. Saat roller coaster berbelok cepat, tubuh berupaya melawan gaya sentrifugal agar tidak terkempar ke iri atau kanan.
“Justru itu malah nggak nikmat. Kalau tahu fisika pasti nggak begitu. Paling nikmat saat naik roller coaster itu lepas pegangan, ikuti saja roller coaster berbelok ke mana saja. Nggak akan jatuh, ada penahannya kok,” tuturnya.
Menurut
Yohanes, fisika sesungguhnya merupakan ilmu yang sangat menarik dan
bisa menjelaskan banyak hal yang terjadi di alam semesta. Persoalannya,
metode pembelajaran fisika di Indonesia masih terfokus pada pemakaian
banyak rumus yang harus dihafal sehingga membosankan siswa.
“Padahal,
fisika itu bagaimana memecahkan masalah, soal caranya bagaimana
terserah. Mau pakai rumus panjang atau logika. Jadi, tidak ada hal yang
sulit,” lanjut peraih gelar PhD dari Physics Department College of
William and Mary, AS, tersebut.
Oleh
karena itu, Yohanes mengaku sengaja mengembangkan metode pembelajaran
baru yakni Fisika Asyik. Metode ini tidak terfokus pada penghafalan dan
penggunaan rumus tapi pada eksplorasi konsep dan pemecahan masalah.
Lewat metode ini, kata dia, penggunaan rumus di tingkat SMP/MTs
dikurangi dan banyak soal diselesaikan dengan logika dan perhitungan
matematika dasar.
Bagi
dia, pemecahan masalah harus dilakukan dengan menghindari rumus. Siswa
harus diajak untuk mengeksplorasi soal-soal mulai dari yang mudah hingga
ke tingkat yang sulit.
“Ini
tidak berlawanan dengan rumus karena rumus justru diturunkan dari model
logika dasar ini. Percuma rumus dihafal sampai mati tapi ilmu fisika
tidak dipelajari,” tegas Rektor Universitas Multimedia Nusantara,
Jakarta itu.
Menurut
dia, metode ini akan merombak pemikiran siswa saat ini tentang fisika
yang penuh dengan rumus. Di dalam eksplorasi konsep, penggunaan rumus
dihindari dan lebih ditekankan pada logika dan penggunaan konsep
matematika dasar. Siswa diajak untuk mengetahui bahwa mereka sebenarnya
telah mengetahui berbagai konsep fisika yang didapatkan dari pengalaman
sehari-hari sehingga sebenarnya pelajaran fisika itu cukup mudah.
“Kalau pakai model problem solving, logika fisikanya jalan. Kalau hanya rumus, hanya belajar matematika dan siswa jadi robot,” tandasnya.
Ia
menambahkan, Fisika Asyik menekankan pada konsep dan logika untuk
meyelesaikan soal hitungan. Lewat sistem penyelesaian seperti ini, siswa
tidak perlu menghafalkan banyak rumus. Cukup dengan mengerti konsep
fisika saja. Pada akhirnya, siswa tidak lagi menganggap bahwa fisika
sama dengan rumus.
“Ini yang berbeda dari penyelesaian pada umumnya yang memerlukan rumus untuk mengerjakan soal,” tukasnya
Pada sesi
diskusi Yohanes Billy, guru SMA Gracia Surabaya menanyakan cara membuka
logika siswa untuk memahami fisika. Billy juga meminta Yohanes
menerbitkan buku soal metode itu dan mensosialisasikannya lewat
pelatihan berbiaya murah.
Yohanes menjawab dengan meminta Billy memakai angka yang mudah dan banyak berlatih untuk membuka logika siswa.
“Jangan pakai angka dengan koma, itu nggak perlu karena yang sedang dilatih adalah logika untuk menyelesaikan masalah. Cukup angka 1,2,3, dan seterusnya,“ tandasnya.
Soal
buku, Yohanes mengaku telah menulis buku pembelajaran Fisika Asyik untuk
tingkat SMP kelas I-III. Namun, buku itu masih diuji oleh penerbit
sebelum betul-betul diluncurkan.
“Untuk tingkat SMA, masih diupayakan untuk diterbitkan tahun berikutnya (2009),” ucapnya.
Tentang
pelatihan bagi guru, Yohanes siap melakukan selama jadwalnya cocok.
Alasannya, undangan terhadap dirinya sangat banyak dan harus diatur
dengan jadwal tugasnya sebagai rektor. Ia juga memastikan biaya
pelatihan itu tidak mahal karena ia hanya minta tiket pergi-pulang dan
akomodasi jika pelatihannnya lebih dari sehari.
“Asal waktunya pas, saya pasti datang,” tandasnya. (*)
Diuji Tiga Kabupaten
Metode
baru pembelajaran fisika yang dikenalkan Prof Yohanes Surya telah
terbukti ampuh mengubah pandangan sebagian orang yang mengganggap fisika
merupakan momok menjadi sesuatu yang menarik. Bahkan, siswa-siswa
binaannya di TOFI telah berkali-kali meraih medali emas di Olimpiade
Fisika sejak tahun 1999.
Yohanes
pun telah menyampaikan metode baru ini ke pemerintah untuk diterapkan
di seluruh Indonesia. Namun, belum ada tanggapan sampai sekarang
“Saya masih tunggu respon pemerintah,” kata Ketua The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering itu.
Belum
adanya tanggapan pemerintah tak membuat Yohanes patah arang. Ia memilih
menyebarluaskan metode itu ke sejumlah daerah daripada terus menunggu.
Upayanya mulai membuahkan hasil. Tercatat tiga kabupaten di wilayah
Barat, Tengah, dan Timur Indonesia tertarik menerapkan metode itu mulai
tahun 2008 mendatang. Antara lain Bontang, Kalimantan Timur; Pekalongan,
Jawa Tengah; dan Yapen Waropen, Papua.
“Implementasinya
bisa dilihat tahun depan, dan berapa besar keberhasilannya karena
kebetulan tiga daerah ini cukup mewakili wilayah utama di Indonesia.
Setelah itu, baru daerah lain bisa ikut,” paparnya.
Ia
mengugkapkan, Malaysia telah menyatakan ketertarikan untuk menerapkan
metode tersebut. Namun, ia belum menggubrisnya. Menurut dia, Malaysia
sangat tertarik memakai metode ini karena frustasi belum pernah berhasil
meraih medali di Olimpiade Fisika.
“Sayang sekali, kalau Indonesia belum mau sementara Malaysia berencana mau pakai ini,” tukasnya.
Ia
berharap metode ini banyak diadopsi di seluruh sekolah di Indonesia
karena akan membuat siswa menjadi lebih kreatif, analitis dan inovatif.
Pada akhirnya, prestasi dengan mudah bisa diraih. Ia mencontohkan alumni
TOFI yang umumnya diterima tanpa tes di universitas-universitas
ternama. Seperti Massachussets Institute of Technology (MIT), AS dan
California Institute of Technology (Caltech), AS.
“Caltech itu universitas terbaik di dunia karena pengajarnya para peraih nobel,” tandasnya. (*)
Memecahkan pantat botol dengan tangan, salah satu eksperimen fisika yang ditunjukkan Yohanes Surya (Dok. SP)
Pakai Logika dan Eksperimen
Fisika
Asyik merupakan metode pembelajaran fisika yang membuat fisika menjadi
mudah dan menyenangkan. Soal fisika banyak diselesaikan dengan logika
dan perhitunga matematika dasar.
Prof
Yohanes Surya PhD memberi satu contoh soal. Tono berlari dengan
kecepatan 5 m/s ke kanan. Andi yang berada 75 m di depan Tono berlari
menghampiri Tono dengan kecepatan 10 m/s. Pertanyannya, setelah berapa
detik mereka bertemu. Jawabannya mudah. Jika Tono berlari dengan
kecepatan 5 m/s, artinya dalam 1 detik Tono menempuh jarak 5 meter. Andi
berlari dengan kecepatan 10 m/s, berarti dalam 1 detik Andi menempuh
jarak 10 meter. Dengan demikian, dalam 1 detik, jarak mereka berkurang 15 meter (5 + 10). Maka mereka akan bertemu dalam waktu 5 detik.
Oleh
karena itu, dalam setiap seminar, ia selalu meminta para guru untuk
menghindari pemakaian rumus dalam pembelajaran fisika. Agar siswa bisa
mengerjakan soal dengan mudah.
Selain
itu, lanjut dia, guru wajib mengajak siswa melakukan
percobaan-percobaan menarik untuk membantu siswa memahami konsep dan
lebih tertarik terhadap fisika
“Ada 400 eksperimen dalam fisika yang dekat dengan kehidupan sehari-hari yang bisa dilakukan di dalam kelas,” tuturnya.
Yohanes
sendiri memeragakan empat eksperimen dalam seminar tersebut. Seperti
menyalakan korek di bawah balon berisi air di atas kepala seorang siswa,
memecahkan batu bata di perut seorang siswa dengan batu bata,
memecahkan pantat botol dengan tangan, dan atraksi pembengkokan sendok.
Menurut
Yohanes, jika dua hal ini bisa diterapkan secara berkelanjutan akan
mampu mengakhiri keputusasaan siswa. Sebaliknya, motivasi siswa untuk
mempelajari fisika akan bangkit.
“Saya
itu berharap, murid-murid menunggu-nunggu setiap pelajaran fisika
karena menanti eksperimennya. Sulap apalagi hari ini,” tukasnya sambil
tertawa.
Yohanes mengaku tidak punya motivasi pribadi di balik sosialisasi metode barunya tersebut
“Bagi
saya fisika itu penting untuk anak-anak Indonesia karena teknologi masa
depan itu dasarnya dalah fisika. Misalnya, nanoteknologi. Kalau
anak-anak Indonesia tidak menguasai, yang rugi kita semua,” ucapnya
serius. (27 Agustus 2007)
Sumber : http://ayahaan.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar