Rabu, 14 November 2012

Fisika itu Asyikk lho....!!!

 Eksperimen fisika oleh Yohanes Surya

Fisika mengerikan dan membosankan. Itulah keluhan dominan pelajar di Indonesia. Gara-garanya, pelajaran fisika penuh dengan hafalan rumus-rumus dan teori-teori yang membosankan. Belakangan, muncul metode baru pembelajaran fisika yang dikenalkan Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) Prof Yohanes Surya PhD. Lewat metode itu, diharapkan pembelajaran fisika menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Oleh : M Subchan S
Penuh konsentrasi, Prof Yohanes Surya PhD memegang leher botol minuman yang masih tertutup rapat. Lalu, ia pukulkan telapak tangannya sekuat tenaga ke tutup botol dan seketika pantat botol pecah sehingga isinya berhamburan keluar. Takjub dengan atraksi itu, ratusan peserta seminar bertajuk Physics is Fun di Unika Widya Mandala Surabaya, Sabtu (25/8) lalu spontan bertepuk tangan.
“Ini bukan sulap, siapa saja bisa Rahasianya, percaya diri, botol tidak boleh goyang dan pukul sekuatnya,” ujar guru besar bidang fisika pada Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang, Banten ini.
Ia lantas meminta beberapa siswa dan guru yang mengikuti seminar ke atas panggung untuk mencoba hal sama. Namun, mereka baru bisa memecahkan pantat botol setelah 2-3 kali pukulan.
Yohanes lantas menjelaskan salah satu eksperimen fisika itu. Menurut dia, saat tutup botol dipukul seketika terbentuk ruang hampa di pantat botol yang menyedot air ke atas lalu menerjang ke bawah sangat kuat hingga pecah.
Presiden Olimpiade Fisika Asia ini kemudian mencoba eksperimen lain. Kali ini, ia menyiapkan tiga sendok makan. Lantas, ia memanggil tiga siswa yang membawa tas sekolah. Tiga sendok itu lantas dimasukan ke masing-masing tas. Lalu, ia mengocok ketiga tas itu secara bergantian. Selanjutnya, ia meminta seorang guru mengambil sendok di tiap tas. Ajaib, leher tiga sendok itu telah bengkok. Spontan, peserta kembali terheran-heran.
“Sendok itu punya kelemahan di ujungnya. Dengan diberi tekanan maka sendok itu bisa bengkok,” katanya sambil memeragakan atraksi itu.
Melihat peserta seminar masih bingung, Yohanes menjelaskan.
“Bukan karena dikocok yang membuat sendok itu bengkok. Tapi, karena saat saya masukkan, sendok itu sudah saya bengkokkan dulu,” ujarnya tertawa disambut gemuruh tawa peserta seminar.
Ia kembali menceritakan betapa menyenangkannya memahami fisika. Kali ini, ia mencontohkan perilaku penumpang roller coaster. Dia menuturkan, perilaku yang kerap dilakukan adalah berpegangan erat-erat pada penahan tubuh dan memejamkan mata. Saat roller coaster berbelok cepat, tubuh berupaya melawan gaya sentrifugal agar tidak terkempar ke iri atau kanan.
Justru itu malah nggak nikmat. Kalau tahu fisika pasti nggak begitu. Paling nikmat saat naik roller coaster itu lepas pegangan, ikuti saja roller coaster berbelok ke mana saja. Nggak akan jatuh, ada penahannya kok,” tuturnya.
Menurut Yohanes, fisika sesungguhnya merupakan ilmu yang sangat menarik dan bisa menjelaskan banyak hal yang terjadi di alam semesta. Persoalannya, metode pembelajaran fisika di Indonesia masih terfokus pada pemakaian banyak rumus yang harus dihafal sehingga membosankan siswa.
“Padahal, fisika itu bagaimana memecahkan masalah, soal caranya bagaimana terserah. Mau pakai rumus panjang atau logika. Jadi, tidak ada hal yang sulit,” lanjut peraih gelar PhD dari Physics Department College of William and Mary, AS, tersebut.
Oleh karena itu, Yohanes mengaku sengaja mengembangkan metode pembelajaran baru yakni Fisika Asyik. Metode ini tidak terfokus pada penghafalan dan penggunaan rumus tapi pada eksplorasi konsep dan pemecahan masalah. Lewat metode ini, kata dia, penggunaan rumus di tingkat SMP/MTs dikurangi dan banyak soal diselesaikan dengan logika dan perhitungan matematika dasar.
Bagi dia, pemecahan masalah harus dilakukan dengan menghindari rumus. Siswa harus diajak untuk mengeksplorasi soal-soal mulai dari yang mudah hingga ke tingkat yang sulit.
“Ini tidak berlawanan dengan rumus karena rumus justru diturunkan dari model logika dasar ini. Percuma rumus dihafal sampai mati tapi ilmu fisika tidak dipelajari,” tegas Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta itu.
Menurut dia, metode ini akan merombak pemikiran siswa saat ini tentang fisika yang penuh dengan rumus. Di dalam eksplorasi konsep, penggunaan rumus dihindari dan lebih ditekankan pada logika dan penggunaan konsep matematika dasar. Siswa diajak untuk mengetahui bahwa mereka sebenarnya telah mengetahui berbagai konsep fisika yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari sehingga sebenarnya pelajaran fisika itu cukup mudah.
Kalau pakai model problem solving, logika fisikanya jalan. Kalau hanya rumus, hanya belajar matematika dan siswa jadi robot,” tandasnya.
Ia menambahkan, Fisika Asyik menekankan pada konsep dan logika untuk meyelesaikan soal hitungan. Lewat sistem penyelesaian seperti ini, siswa tidak perlu menghafalkan banyak rumus. Cukup dengan mengerti konsep fisika saja. Pada akhirnya, siswa tidak lagi menganggap bahwa fisika sama dengan rumus.
“Ini yang berbeda dari penyelesaian pada umumnya yang memerlukan rumus untuk mengerjakan soal,” tukasnya
Pada sesi diskusi Yohanes Billy, guru SMA Gracia Surabaya menanyakan cara membuka logika siswa untuk memahami fisika. Billy juga meminta Yohanes menerbitkan buku soal metode itu dan mensosialisasikannya lewat pelatihan berbiaya murah.
Yohanes menjawab dengan meminta Billy memakai angka yang mudah dan banyak berlatih untuk membuka logika siswa.
Jangan pakai angka dengan koma, itu nggak perlu karena yang sedang dilatih adalah logika untuk menyelesaikan masalah. Cukup angka 1,2,3, dan seterusnya,“ tandasnya.
Soal buku, Yohanes mengaku telah menulis buku pembelajaran Fisika Asyik untuk tingkat SMP kelas I-III. Namun, buku itu masih diuji oleh penerbit sebelum betul-betul diluncurkan.
“Untuk tingkat SMA, masih diupayakan untuk diterbitkan tahun berikutnya (2009),” ucapnya.
Tentang pelatihan bagi guru, Yohanes siap melakukan selama jadwalnya cocok. Alasannya, undangan terhadap dirinya sangat banyak dan harus diatur dengan jadwal tugasnya sebagai rektor. Ia juga memastikan biaya pelatihan itu tidak mahal karena ia hanya minta tiket pergi-pulang dan akomodasi jika pelatihannnya lebih dari sehari.
“Asal waktunya pas, saya pasti datang,” tandasnya. (*)
Diuji Tiga Kabupaten
Metode baru pembelajaran fisika yang dikenalkan Prof Yohanes Surya telah terbukti ampuh mengubah pandangan sebagian orang yang mengganggap fisika merupakan momok menjadi sesuatu yang menarik. Bahkan, siswa-siswa binaannya di TOFI telah berkali-kali meraih medali emas di Olimpiade Fisika sejak tahun 1999.
Yohanes pun telah menyampaikan metode baru ini ke pemerintah untuk diterapkan di seluruh Indonesia. Namun, belum ada tanggapan sampai sekarang
“Saya masih tunggu respon pemerintah,” kata Ketua The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering itu.
Belum adanya tanggapan pemerintah tak membuat Yohanes patah arang. Ia memilih menyebarluaskan metode itu ke sejumlah daerah daripada terus menunggu. Upayanya mulai membuahkan hasil. Tercatat tiga kabupaten di wilayah Barat, Tengah, dan Timur Indonesia tertarik menerapkan metode itu mulai tahun 2008 mendatang. Antara lain Bontang, Kalimantan Timur; Pekalongan, Jawa Tengah; dan Yapen Waropen, Papua.
“Implementasinya bisa dilihat tahun depan, dan berapa besar keberhasilannya karena kebetulan tiga daerah ini cukup mewakili wilayah utama di Indonesia. Setelah itu, baru daerah lain bisa ikut,” paparnya.
Ia mengugkapkan, Malaysia telah menyatakan ketertarikan untuk menerapkan metode tersebut. Namun, ia belum menggubrisnya. Menurut dia, Malaysia sangat tertarik memakai metode ini karena frustasi belum pernah berhasil meraih medali di Olimpiade Fisika.
“Sayang sekali, kalau Indonesia belum mau sementara Malaysia berencana mau pakai ini,” tukasnya.
Ia berharap metode ini banyak diadopsi di seluruh sekolah di Indonesia karena akan membuat siswa menjadi lebih kreatif, analitis dan inovatif. Pada akhirnya, prestasi dengan mudah bisa diraih. Ia mencontohkan alumni TOFI yang umumnya diterima tanpa tes di universitas-universitas ternama. Seperti Massachussets Institute of Technology (MIT), AS dan California Institute of Technology (Caltech), AS.
“Caltech itu universitas terbaik di dunia karena pengajarnya para peraih nobel,” tandasnya. (*)

 Memecahkan pantat botol dengan tangan, salah satu eksperimen fisika yang ditunjukkan Yohanes Surya (Dok. SP)

Pakai Logika dan Eksperimen
Fisika Asyik merupakan metode pembelajaran fisika yang membuat fisika menjadi mudah dan menyenangkan. Soal fisika banyak diselesaikan dengan logika dan perhitunga matematika dasar.
Prof Yohanes Surya PhD memberi satu contoh soal. Tono berlari dengan kecepatan 5 m/s ke kanan. Andi yang berada 75 m di depan Tono berlari menghampiri Tono dengan kecepatan 10 m/s. Pertanyannya, setelah berapa detik mereka bertemu. Jawabannya mudah. Jika Tono berlari dengan kecepatan 5 m/s, artinya dalam 1 detik Tono menempuh jarak 5 meter. Andi berlari dengan kecepatan 10 m/s, berarti dalam 1 detik Andi menempuh jarak 10 meter. Dengan demikian, dalam 1 detik, jarak mereka berkurang 15 meter (5 + 10). Maka mereka akan bertemu dalam waktu 5 detik.
Oleh karena itu, dalam setiap seminar, ia selalu meminta para guru untuk menghindari pemakaian rumus dalam pembelajaran fisika. Agar siswa bisa mengerjakan soal dengan mudah.
Selain itu, lanjut dia, guru wajib mengajak siswa melakukan percobaan-percobaan menarik untuk membantu siswa memahami konsep dan lebih tertarik terhadap fisika
“Ada 400 eksperimen dalam fisika yang dekat dengan kehidupan sehari-hari yang bisa dilakukan di dalam kelas,” tuturnya.
Yohanes sendiri memeragakan empat eksperimen dalam seminar tersebut. Seperti menyalakan korek di bawah balon berisi air di atas kepala seorang siswa, memecahkan batu bata di perut seorang siswa dengan batu bata, memecahkan pantat botol dengan tangan, dan atraksi pembengkokan sendok.
Menurut Yohanes, jika dua hal ini bisa diterapkan secara berkelanjutan akan mampu mengakhiri keputusasaan siswa. Sebaliknya, motivasi siswa untuk mempelajari fisika akan bangkit.
“Saya itu berharap, murid-murid menunggu-nunggu setiap pelajaran fisika karena menanti eksperimennya. Sulap apalagi hari ini,” tukasnya sambil tertawa.
Yohanes mengaku tidak punya motivasi pribadi di balik sosialisasi metode barunya tersebut
Bagi saya fisika itu penting untuk anak-anak Indonesia karena teknologi masa depan itu dasarnya dalah fisika. Misalnya, nanoteknologi. Kalau anak-anak Indonesia tidak menguasai, yang rugi kita semua,” ucapnya serius. (27 Agustus 2007)


Sumber : http://ayahaan.wordpress.com/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed by Animart Powered by Blogger