The
Miracle of Courage
( Cerita dibalik Tes TPA OTO
BAPPENAS 14 Juni 2015)
Sebagai salah satu anak yang
berasal dari kaum “wong cilik” dengan sebuah mimpi besar harus memiliki
kenekadan yang bisa disebut “gila” jika
ingin mewujudkan mimpinya itu. Hal ini terjadi dengan saya saat mengikuti Tes
TPA OTO Bappenas pada 14 Juni 2015 kemarin. Sertifikat tes ini nantinya berguna
untuk mendaftar program S2 di beberapa universitas seperti UGM, ITB, ITS dan
lainnya. Kebetulan saya akan melamar program S2 Ilmu Fisika UGM dengan jalur
beasiswa LPDP Afirmasi Alumni Bidik Misi Cumlaude
Kementrian Keuangan. Walaupun saya
harus menyadari kalau saya baru bisa mendaftar ke UGM tahun 2016 sesuai aturan
beasiswa namun tak ada salahnya jika ingin mencoba tes TPA sekalian mengukur
kemampuan juga. Mungkin saja skornya bisa tembus 500-an karena ini tes pertama
kali bagi saya.
Awalnya,
ekspektasi untuk langsung lanjut S2 tahun 2015 setelah wisuda S1 sangatlah
tinggi, dukungan dari berbagai pihak seperti dosen pembimbing, kaprodi, kajur
bahkan dekan pun mengalir deras karena
saya tamat 3 tahun 5 bulan dengan IPK cumlaude 3.59 dan alumni bidik misi
Universitas Sriwijaya namun karena saya memiliki tanggung jawab sebagai tulang
punggung keluarga membuat saya mengalami kegalauan yang luar biasa. Saya harus
membuat pilihan apakah langsung lanjut atau bekerja dulu. Namun, Allah swt
memberikan solusi terbaik yang akhirnya saya memilih tetap melanjutkan S2
dengan mengikuti jalur beasiswa jadi sembari bekerja tak lupa juga mendaftar
beasiswa. Singkat cerita, sebenarnya buku panduan belajar TPA sudah saya beli dengan
gaji pertama saya mengajar pasca wisuda pada bulan Februari 2015 dan sempat
menjadi pajangan takkala saya kalut dan galau menentukan pilihan, tapi akhirnya
saya tersadar bahwa hidup akan terus berlanjut dan saya tak mau menjadi orang
merugi dengan waktu sehingga diawal bulan mei, Saya merasa jika buku TPA dengan harga mahal
hanya digunakan sebagai pajangan saja sungguh saya termasuk orang yang merugi
karena sertifikat tes TPA OTO Bappenas berlaku selama dua tahun jadi jika saya
mengambil tes tahun 2015 akan berlaku sampai 2017 sehingga tidak ada yang
sia-sia. Akhirnya, saya nekad mengikuti tes TPA OTO Bappenas yang kebetulan
diadakan di SPS IPB Bogor pada 14 juni 2015.
Seperti
yang telah diketahui, Tes TPA OTO Bappenas adalah tes untuk mengukur kemampuan
seseorang yang meliputi kemampuan verbal, numerik dan penalaran bagi seseorang
yang ingin melanjutkan studi S2, S3 dan mengikuti tes-tes lain seperti CPNS,
TNI, POLRI dsb. Tes ini terdiri dari 250 soal yang harus dikerjakan selama 3
jam. Biaya tes TPA OTO Bappenas sebesar Rp. 325.000. Berapapun skor TPA yang
didapatkan peserta maka peserta akan
tetap mendapatkan sertifikat yang berlaku selama dua tahun. Inilah salah satu
kelebihan dari tes TPA OTO Bappenas, selain itu, sertifikatnya pun dapat
digunakan dimanapun dan diakui secara nasional. Tes TPA OTO Bappenas biasanya
dilaksanakan sebulan sekali oleh Bappenas atau beberapa program pascasarjana
universitas tertentu bekerja sama dengan Bappenas seperti kampus IPB.
Tentunya,
masing-masing universitas memiliki syarat nilai TPA berbeda-beda. Nilai TPA
berkisar antara 200-800. Untuk S2, skor yang harus dicapai rata-rata 500 namun
ada beberapa PTN mensyaratkan dibawah 500 seperti ITB sekitar 475 dan ITS
sebesar 450. Dengan skor itu, seseorang dapat dianggap mempunyai kemampuan
rata-rata. Sedangkan, studi S3 harus ditempuh minimal mencapai skor 550 atau
bahkan 600.
Akhirnya,
dengan modal dukungan dari ibu, dosen pembimbing, dan guru mengaji, saya nekad dan semangat saja berangkat ke
Bogor pada 13 Juni 2015 untuk mengikuti tes TPA OTO Bappenas. Sebetulnya, saya
juga tidak mengetahui lokasi tes namun rasa takut dikalahkan dengan kemauan dan
semangat yang tinggi. Saya naik pesawat ke Jakarta dan tiba di bandara Soetta
sekitar jam 17.30, untuk ke bogor Alhamdulilah saya diantarkan oleh temannya
teman saya. Ya biasa perjalanan dari Jakarta-Bogor jika dalam waktu normal
hanya membutuhkan waktu 2 jam saja ternyata harus menempuh perjalanan 4 jam
karena macet di Jakarta dan kami juga sempat makan malam di salah satu restoran
di Cibubur. Kebetulan malam minggu jadi ceritanya malam mingguan di Cibubur.
Akhirnya, kami pun tiba di Bogor jam 22.00 WIB dan saya pun langsung istirahat
karena keesokan harinya pelaksanaan tes yakni Minggu, 14 Juni 2015 di SPS IPB.
Minggu
pagi pun tiba dan disini luar biasa baru merasa kelelahan karena badan saya semua pegal, mata mengantuk
dan sedikit pusing tapi saya tetap optimis, nekad, semangat dan terus tawakal
untuk menjawab soal tes TPA karena saya sudah jauh-jauh dari Palembang. Yaa..
kondisi fisik tak memungkiri sangat mempengaruhi saya dalam mengerjakan 250
soal TPA. Kecermatan, kecepatan sangat dituntut dalam mengerjakan. Setiap saya
merasa blank dan lupa, saya berdoa saja kepada Allah Swt untuk melancarkan dan
menyegarkan pikiran saya agar diberikan ketenangan dalam menjawab soal. Saat
itu, saya hanya berharap bisa mencapai skor 500 saja karena skor itu yang dibutuhkan
melamar ke UGM.
Akhirnya,
waktu tiga jam berlalu sehingga tes selesai dilaksanakan. Saya terus berdoa
saja agar Allah mengabulkan harapan-harapan saya. Saya dan teman memutuskan
untuk mengambil sertifikat di Jakarta saja pada hari Jumat, 19 Juni 2015 di
Gedung Yarnati ( kantor operasioanal Bappenas Jakarta Pusat) sehingga saya
menginap di tempat keluarga di Bogor selama 3 hari dan kemudian pada Rabu sore,
saya ke Cikini, Jakarta Pusat dengan naik kereta dari stasiun Bogor-Cikini.
Kesempatan tinggal di Jakarta Pusat selama tiga hari tidak saya sia-siakan
untuk mengunjungi gedung LPDP Kemenkeu, kantor Bappenas, dan mengitari Jakarta . Akhirnya,
saya bisa sharing langsung dengan CSO
LPDP dan Bappenas. Semua dilakukan dengan modal nekad saja karena saya sendirian
mengitari Jakarta Pusat naik bajaj, metromini hingga sempat nyasar ke kediaman keluarga cendana., pasar Senen.
Sungguh great experience !!!.
Akhirnya,
waktu yang dinanti-nanti pun tiba. Tepat hari Jumat, 19 Juni 2015, saya pergi
ke gedung Yarnati, Jakarta Pusat untuk mengambil hasil tes TPA. Saya sangat
deg-degan juga berapa skor TPA yang pertama ini. Sepanjang perjalanan menuju
gedung, saya terus berdoa semoga Allah memberikan hasil terbaik. Ternyata saya
pun dibuat semakin penasaran dan deg-degan, rasanya jantung mau copot..hehe.
karena kantor operasional Bappenas pindah ke Wisma Bakrie 2 di daerah Kuningan.
Karena ingin mengejar waktu, saya memutuskan naik taksi saja dari Jakarta Pusat
ke Kuningan (padahal komitmen saya anti naik taksi selagi ada metromini karena
yaa alasan klasik..hemat ongkos ^^).
Tibalah
saya di Wisma Bakrie 2,tempat pengambilan sertifikat TPA OTO Bappenas. Jantung
ini rasanya mau copot takkala perlahan-lahan membuka amplop dan melihat skor.
Semua perjuangan akhirnya membuahkan hasil terbaik, ternyata Allah memberikan
karunia lagi. Alhamdulilah tes TPA pertama saya tembus skor 537,77. Saya pun
langsung sujud syukur dan meneteskan air mata karena awalnya saya tidak yakin
bisa mencapai skor 500 an untuk tes pertama kali ini. Dengan modal sertifikat
ini, saya bisa mendaftar ke PTN terbaik misalnya UGM dan ITB. Alhamdulilah,
Allah selalu menurunkan pertolongan bagi
hamba-Nya yang senantiasa berusaha, ikhlas dan tak henti meminta kepada-Nya.
Soo.. bagi siapapun yang berasal dari kaum wong cilik yang memiliki mimpi
besar, teruslah berani mencoba dan mencoba. Jangan malu dengan status sosial,
biarkan kritikan pedas terus menghampiri, jadikan itu sebagai motivasi dan
jangan lupa bertawakal kepada-Nya, terus bersyukur dan ikhlas, menghormati orang tua, guru, dosen,
rekan-rekan sejawat. Semoga pengalaman saya bisa memotivasi.
Akhirnya,
sertifikat TPA pertama dengan skor 537.77, saya simpan rapi-rapi untuk modal
mendaftar PTN pada tahun ajaran 2016/2017. Perjuangan belum selesai sampai
disini, ini masih permulaan karena selama setahun kedepan, saya kembali
mengabdi dulu di sekolah sebelum menetap di bumi perantauan. Saya pun masih
menunggu pengumuman LPDP yang insyaallah akan keluar pada bulan Agustus 2015 (
hasil seleksi berkas) dan September ( hasil wawancara). Nantikan cerita
selanjutnya yaaa...Insyaallah saya akan dipanggil wawancara di Bintaro, Jakarta
Selatan pada bulan Agustus nanti. Amin^^. Yaa tentunya benar-banar berangkat
sendirian lagi. Hehe. Insyaallah akan ada cerita-cerita indah berikutnya.
Sedikit TIPS untuk sukses tes TPA
bagi yang pertama kali mengikuti :
- Seringlah mantengin web bappenas untuk melihat jadwal tes TPA (search ada di google dengan keyword “ jadwal tes TPA Bappenas langsung keluar kok... hehe ^^) atau kunjungi web ini http://koperasi.bappenas.go.id/tpabappenas/jadwal-tpa/
- Hubungin CP panitia pelaksana untuk mendapatkan informasi teknis pendaftaran. (pengalaman saya yang mengikuti tes TPA OTO Bappenas yang dilaksanakan IPB kerja sama dengan Bappenas), teknis pendaftran agak sedikit berbeda dengan umumnya. Kita harus menghubungi dulu panitia lewat email untuk meminta juknis pendaftaran.
- Semua berkas pendaftaran harus di scan dan dikirim email, meliputi scan bukti pembayaran sebesar Rp 325.000, scan KTP dan Scan formulir pendaftaran. Khusus yang mengikuti tes TPA Bappenas di Jakarta biasanya melampirkan juga scan ijazah terakhir ( minimal D3/S1)
-
Persiapan tes yang matang, kalau bisa tiga bulan sebelum tes mulailah membuka buku panduan resmi tes TPA OTO Bappenas yang warna biru ( banyak kok di gramed), seringlah mengerjakan soal latihan karena ada beberapa soal yang sering keluar dari buku itu. Taklupa diiringi tawakal juga ya kepada Allah Swt.
-
H-1 sebelum tes, fisik harus sehat, pikiran fresh agar fokus dalam mengerjakan soal jangan seperti saya yang tidak fit karena kelelahan sehingga mempengaruhi dalam mengerjakan soal-soal. Dengan begitu saya yakin skor TPA kalian bisa tembus 500 an kok . yakinlah !!!! jangan lupa juga menyiapkan alat tulis seperti pensil 2B, penghapus 2B, mistar dll.
-
Selamat mencoba.. Salam semangat dari anak wong cilik dengan keterbatasan finansial yang berani bermimpi karena saya salah satu anak yatim dan tukang cuci dengan segala karunia Allah, saya bersyukur mampu menjadi sarjana terbaik ( tamat 3 tahun 5 bulan dengan IPK cumlaude 3.59 dari Universitas Sriwijaya dan alumni bidik misi) yang sekarang masih berani bermimpi melanjutkan studi S2 DN dan S3 LN. Aminn ^^
-
Monasari,S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar